Kiat Sukses Mengarahkan Anak Menjadi Hafidz Al-Qur'an

Beberapa tahun belakangan, Indonesia digegerkan oleh fenomena baru, munculnya para hafidz cilik yang mengundang decak kagum orang yang menyaksikannya.

Anak-anak luar biasa yang menghiasi panggung pertelevisian, terutama di bulan Ramadhan, di beberapa ajang yang diselenggarakan oleh beberapa stasiun TV, berlomba menampilkan acara terbaiknya.

Bukan hanya populer di dunia pertelevisian dan dunia maya, bocah-bocah hebat ini juga mengangkat nama Indonesia di kancah internasional, dengan menjadi juara di ajang lomba tingkat dunia.

Orang tua muslim mana yang tak ingin memiliki anak-anak dengan prestasi "dunia akhirat" tersebut?

Siapa tak kenal Musa, Rifdah Farnidah, Ahmad dan Kamil?

Banyak orang tua diingatkan kembali tentang tanggung jawab amanah yang Allah berikan.

Sesungguhnya, keberadaan anak bukan hanya sebagai sarana berbangga diri, tetapi bersamanya ada tugas mendidik mereka untuk menjadi hamba-Nya yang taat.

Semakin banyak orang tua yang berkeinginan anak-anaknya bisa menjadi hafidz qur'an, terlepas berbagai latar belakang yang mendorongnya.

Ada yang benar-benar dengan kesadaran penuh dan pemahaman akan arti pentingnya menjadi hafidz dan keutamaan-keutamaanya, sehingga berusaha agar anaknya bisa menggapai harapannya. Memahami beratnya perjuangan perjalanan seorang calon hafidz dan mendukung sepenuhnya untuk mencukupi sarana prasaranya serta tidak putus mendoakan.

Ada yang mempunyai tujuan ganda dengan mengikutsertakan anak-anaknya di lembaga yang menyelenggarakan program tahfidz. Selain agar anak-anaknya bisa hafal qur'an, juga melindungi anaknya dari paparan pergaulan yang mengkhawatirkan, dengan memasukkan ke pondok atau rumah tahfidz, ada peraturan dan pengawaasan yang menenangkan orang tua di rumah.

Ada juga yang targetnya mendisiplinkan anak dalam ibadah dan sikap hidup, karena kewalahan jika dilakukan di rumah. 

Ada yang berharap kemudahan-kemudahan urusan dunia, seperti beasiswa, dsb, di samping kemuliaan akherat.

Ada yang tersirat, menjadi hafidz qur'an seperti impiannya menjadi dokter, astronot, ilmuwan atau cita-cita mentereng lainnya.

Itu yang pernah terungkap dari beberapa orang tua calon hafidz/oh, mungkin ada motivasi lain, hanya yang bersangkutan yang mengetahuinya.

Latar belakang dan motivasi itu akan tercermin dalam sikapnya selama anak menjalani proses menghafal. Ada yang dengan ketat memantau dan rutin  menanyakan capaiannya, baik kepada anak yang bersangkutan ataupun pada guru pembimbingnya.

Ada yang rajin mengkonsultasikan perkembangan akhlak dan kebiasaannya. Ada yang percaya sepenuhnya pada pengelola dan siap mendukung kapan dibutuhkan.

Bagaimana sikap ideal dalam upaya mewujudkan harapan, agar anak menjadi hafidz qur'an?

Pemahaman yang Benar.

Selama ini, mungkin kita beranggapan bahwa hafidz qur'an adalah orang yang hafal Al Qur'an!

Salah?

Tidak!

Tapi, mari kita ambil ma'na hafidz qur'an yang terbaik, sehingga tidak cepat puas dengan label yang diberikan manusia.

Berikut pemahaman yang beredar di masyarakat, tentang kriteria hafidz qur'an:

1. Hafidz juz 30, dimaknai hafal bacaan ayat-ayat Al Qur'an yang ada di juz ke 30, yaitu dari surat An-Naba sampai dengan An-Nas.

2. Hafidz 10 juz, dimaknai hafal bacaan ayat-ayat Al-Qur'an sebanyak 10 juz, misalnya dari juz 1 sampai dengan juz 10, atau juz 1 sampai dengan juz 7 ditambah juz 28 sampai dengan juz 30, tergantung urutan menghafalnya. Atau tidak berurutn, tetapi kalau diakumulasi total berjumlah 200 halaman qr'qn standard.

3. Hafidz 30 juz dimaknai pernah menyetorkan ayat-ayat yang sudah dihafalnya, sebanyak 30 juz dari juz 1 sampai dengan juz 30.

4. Hafidz 30 juz mutqin, dimaknai hafal 30 juz, dari juz 1 sampai dengan juz 30, jika diuji ayat yang manapun, mampu menjawab dengan benar. Hafal yang tidak sering lupa.

5. Hafidz 30 juz bersanad, dimaknai, hafalannya sudah diuji dan lulus dengan standar bacaan Rasulullah Saw.

6. Hafidz qur'an yang juga memahami makna ayat-ayat yang dibacanya.

7. Hafidz qur'an yang benar bacaannya, paham artinya dan mengamalkan dan menjadikan isinya sebagai tuntunan dalam kehidupan sehari-hari.

8. Hafidz qur'an yang hafal dengan benar bacaannya, memahaminya, mengamalkannya, mengajarkn/mendakwahkannya dan menjaganya dari pihak-pihak yang berusaha menyelewengkannya.

Yang mana pemahaman orang tua dari jenis di atas, akan mempengaruhi motivasi dan kesabarannya dalam mendampingi anaknya berjuang menggapai harapan itu.

Menikmati Proses

Orang tua yang pernah merasakan menghafal tentu berbeda dengan yang sekedar ingin anaknya hafal qur'an.

Orang tua yang ingin anaknya hafal qur'an dengan ma'na no 8, tentu berbeda dengan no lainnya.

Memang ada anak-anak yang diberi kemampuan istimewa, tetapi kalau anak kita termasuk yang biasa-biasa saja, jangan paksa dia mendapatkan hasil seperti yang istimewa. Begitupun, kita boleh mempelajari, apa yang bisa menjadikan mereka istimewa? Semata-mata takdir Allah, ataukah ada unsur upaya dari orangtua, pembimbing dan anak itu sendiri?

Orang tua boleh menggebu-gebu menginginkan anaknya hafidz qur'an, tetapi perlu diingat bahwa yang akan menjalaninya adalah anak. Itu sebabnya, keduanya harus memiliki pemahaman yang sama dalam memandang seberapa pentingnya hafal qur'an, sehingga api semangat dalam menjalankan prosesnya selalu terjaga,

Komunikasi Efektif

Tidak kalah penting, perlunya komunikasi antara orang tua, anak dan pembimbing.

Diawali komunikasi orang tua dan anak. Bisa jadi, keinginan itu muncul pertama pada diri orang tua, tetapi tidak menutup kemungkinan, anak yang berkeinginan kkuat untuk menghafal Al Qur'an.
Kegagalan dalam tahap ini, menyamakan gelombang antara orang tua dan anak, akan mempengaruhi semangat anak dan dukungan orang tua. Jika tahapan ini terlaksana dengan baik, maka anak akan bersemangat dengan mendapatkan doa, motivasi dan dukungan yang memadai dari orang tua.

Tahapan selanjutnya, membuat kesepakatan, kapan dimulai, di mana, di  bawah bimbingan siapa?
Setiap orang tua punya pertimbangan untuk memutuskan hal ini, terkait dengan kemampuan dan karakter anak, kemampuan pengetahuan dan  finansial orang tua.

Orang tua yang bisa membimbing sendiri anaknya untuk menghafal dan mempelajari Al qur'an, tentu sangat dianjurkan untuk membombing sendiri, tetapi yang merasa kemampuannya tidak memadai, maka perlu mencari mitra yang sesuai dengan kondisinya. Tidak mudah memilih tempat dan siapa yang akan menjadi mitra, hal ini terkait dengan kapasitas keilmuan, fasilitas dan jarak, karena pengawasan dan curahan kasih sayang orang tua juga jadi pertimbangan.

Hal-hal lain yang perlu dipertibangkan.

Apakah anak akan diikutkan program takhasus/ khusus menghafal qur'an ataukah bersamaan dengan program lain?

Takhasus artinya program menghafal qur'an menjadi program tunggal atau yang dominan. Ketika memilih lembaga pendidikan, orang tua dan anak harus menanyakan langsung kepada penyelenggara sebelum resmi mendaftar, jangan sampai merasa terjebak. Biasanya lembaga seperti ini hanya memberikan kelas bimbel untuk pendidikan umumnya menjelang ujian paket, atau sekolah umumnya di luar lembaga.

Ada program dimana menghafal menjadi program pendamping unggulan, tetapi bukan program utama. Banyak lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal, dengan kurikulum nasional dengan menawarkan keunggulan tahfidz qur'an.

Sangat dianjurkan, sebelum mendaftar, orang tua dan anak datang berkunjung dan melihat langsung, sehingga saat masuk, sudah siap mental.

Mendidik anak adalah kewajiban orang tua, lembaga dan guru hanya mitra.

Hal ini harus benar-benar dipahami semua pihak, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman, wewenang yang berlebihan atau berlepas diri dari tanggung jawab.


Berdoa selalu memohom bimbingan dan keridhoan Allah.

Jangan pelit berdoa untuk kesuksesan proyek besar ini, baik anak, orang tua maupun pembimbing.

Comments