Rugi! Beramal tapi Tidak Ikhlash karena Allah


Seberapa sering kita menghitung-hitung, apa yang didapat dari sebuah amal yang baru saja dilakukan? Apakah akan kita biarkan begitu saja susah payah dan lelah kita tanpa mengevaluasinya?

Sepanjang manusia masih bernafas, maka tak lepas dengan yang namanya amal perbuatan.
Banyak jenis amal yang kita lakukan, baik menggunakan pikiran, lisan, ataupun anggota badan.

Rugi! Beramal tapi tidak ikhlash karena Allah, karena ikhlash ataupun tidak, kita menggunakan waktu, tenaga dan pikiran yang sama.

Alangkah baiknya kalau kita menyisihkan sedikit waktu untuk merenungi hal penting ini, agar selalu lekat dalam ingatan dan berusaha mengikhlaskan setiap amal yang akan dilaksanakan.

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. ( QS. Al-Bayyinah: 5) 

Rugi! Beramal tapi tidak ikhlash karena Allah, sedangkan sudah jelas bahwa amal itu hanya untuk Allah, sebagai bentuk penghambaan atau ibadah kepada-Nya.

Apakah semua aktivitas amal kita harus ikhlash karena Allah? Melakukan sesuatu semata-mata mengharapkan penilaian terbaik dari Allah? Mengharapkan ridho-Nya? Bukankah kita berinteraksi sosial mempertimbangkan apa kata orang lain? Bagaimana perasaannya terhadap apa yang kita lakukan?

Yup! Benar sekali.

Rugi! Beramal tapi tidak ikhlash karena Allah, karena dalam firman-Nya di QS. Ad-Dzariyat:56,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ 
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku 

Apakah semua aktivitas kita bernilai ibadah?

Ya, selama diniatkan sebagai ibadah, ikhlash karena Allah dan tentu saja dengan cara yang benar.

Jadi, alangkah sayangnya jika kita tidak sering-sering menyediakan waktu untuk lebih banyak berfikir dan merenungkan segala aktivitas kehidupan yang setiap hari dijalani tanpa jeda. Kalau setiap gerak bisa bernilai ibadah, mengapa kita tidak mengupayakannya dengan selalu menjaga niat, di awal, sedang melakukan dan setelah selesai beraktivitas.

Comments