- Berlatih memahami pesan
- Berlatih mengenali barang
- Berlatih bekerja sama
- Berlatih dan memahami konsep berbuat baik pada orang tua.
Kapan anak berbakti pada orang
tua?
Kalau pertanyaan
ini terkait dengan mulai usia berapa anak berbakti pada orang tua, maka sangat
tergantung pada bagaimana orang tua mendidiknya.
Ada orang tua yang
mengenalkan kepada anak konsep berbakti pada orang tua sedini mungkin, bukan
dengan menjelaskan bagaimana defenisinya, tetapi dilatihkan dalam kehidupan
sehar-hari.
Sedini mungkin,
usia berapa?
Tidak ada batasan
pasti, tetapi sebaiknya dilakukan sejak anak bisa diajak komunikasi.
Contoh, saat anak
dalam kandungan; ketika janin terasa menendang-nendang bersamaan dengan rahim
yang berkontraksi, ibu boleh mengungkapkan apa yang dirasakannya kepada janin
sambil mengelus-elus perut, seolah membelai punggung bayi.
"Sabar ya
sayang, lembutkan sedikit gerakannya, ibu kesakitan."
Apakah berpengaruh?
Setidaknya, ungkapan seperti itu memberikan pengaruh positif pada psikologis
ibu, terlepas berpengaruh tidaknya terhadap sikap anak nantinya.
Ketika selesai
menyusui, ucapkan,"Alhamdulillah, terima kasih, Bu." Ucapan itu mewakili anak, kemudian
dilanjutkan seolah-olah menjawab,"Barokallah, sama-sama, sayang."
Setiap kesempatan
bisa dijadikan sarana untuk mengajarkan bagaimana berbakti pada orang tua.
Di usia dimana
anak-anak sudah bisa bergerak, merangkak atau berjalan, sekali-sekali tidak
ada salahnya minta tolong kepada anak untuk melakukan sesuatu, jangan lupa
beterimakasih.
"Ibu boleh
minta tolong ambilkan sapu?"
Dalam hal ini,
banyak nilai edukasi yang tertanam:
Dengan membiasakan,
anak-anak memahami konsep berbakti pada orang tua langsung berupa tindakan,
nanti, saatnya nalar sudah siap, tinggal dikuatkan dengan penanaman konsepnya.
Adakalanya orang
tua terlambat menyadari. Ketika anak-anaknya menginjak usia remaja dengan
sikap-sikap yang jauh dari berbakti pada orang tua, sudah sulit memperbaiki,
karena dasar-dasarnya tidak tertanam dengan kuat.
Sampai kapan anak
berkewajiban berbakti kepada orang tua?
Sepanjang hidupnya,
karena status sebagai anak tidak ada batasnya. Hanya saja, bentuk baktinya
berbeda-beda, sesuai kondisi dan kemampuannya.
Sebagai contoh seorang santri.
Ada satu, dua orang santri yang masuk pondok bukan karena inisiatif dan keinginannya yang kuat dari dalam dirinya, tetapi lebih karena dimotivasi atau diarahkan oleh orang tuanya. Kalau bukan karena ingin berbakti pada orang tua atau tidak punya keberanian untuk membantah, mungkin anak bersikukuh menolak untuk menjadi santri.
Berbakti pada orang tua bisa menjadi motivasi anak, karena orang tua berusaha memberikan yang terbaik untuknya. Jika orang tua ridho dan mensuport, insyaallah akan dimudahkan dan diridhoi-Nya.
Wahhh Ummi, aku rasanya adem banget baca tulisan Ummi. Terimakasih Ummi untum tulisan sharingnya, sangat mengetuk hatiku sekali. Aku jadi punya pertanyaan gede untuk diri sendiri, apa aku sudah cukup berbakti pada orangtuaku, utamanya Ibuk 😭
ReplyDeleteAlhamdulillah, sebagai anak kita memang selayaknya terus mengevaluasi diri, mumpung masih bisa memperbaiki kalau ada kurang dan salahnya😍😍
DeleteKeren banget Mi artikelnya, sayang kurang panjang huhu aku pengen lagi vitaminnya nih. Masya Allah, anak-anakku juga mau kuajarkan.
ReplyDeleteInsyaallah, kapan-kapan disambung lagi dengan tema yang berhubungan😍
Delete